MAKALAH
FILSAFAT ILMU PENDIDIKAN
IMPLIKASI
FILSAFAT PANCASILA BAGI PENDIDIKAN NASIONAL
Disusun
Oleh:
Nama : Mishbahul Munir
NIM :
1300001180
Bimbingan
dan Konseling
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Ahmad Dahlan
Daftar
Isi
Kata
Pengantar........................................................................... i
Bab
I Pendahuluan..................................................................... 1
A. Latar
Belakang.................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah............................................................. 2
C. Tujuan............................................................................... 2
D. Manfaat............................................................................. 3
Bab
II Pembahasan..................................................................... 4
A. Implikasi
Filsafat Pancasila Bagi Pendidikan
Nasional... 4
1. Dasar
dan Tujuan Pendidikan....................................... 4
2. Kurikulum.................................................................... 7
Bab
III Penutup.......................................................................... 16
. A. Kesimpulan....................................................................... 16
B. Saran................................................................................ 17
Daftar
Pustaka........................................................................... 18
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang implikasi filsafat pancasila
bagi pendidikan nasioanal.
Dalam menyusun makalah ini, banyak kesulitan dan hambatan
yang saya alami, namun berkat dukungan, dorongan dan semangat dari orang
terdekat, sehingga saya mampu menyelesaikannya. Oleh karena itu, saya mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, mendorong dan memberi
semangat dalam penyusunan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh
karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan saya terima dengan
baik.
Semoga
makalah "Implikasi Filsafat Pancasila bagi Pendidikan Nasional" ini
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 30 Desember 2013
Mishbahul Munir
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kegiatan
pendidikan bukanlah sekedar gejala sosial yang bersifat rasional semata,
mengingat kita mengharapkan pendidikan yang terbaik untuk bangsa Indonesia,
lebih-lebih untuk anak-anak kita masing-masing; ilmu pendidikan secara umum
tidak begitu maju ketimbang ilmu-ilmu sosial dan teknologi tetapi tidak berarti
bahwa ilmu pendidikan itu sekedar ilmu atau suatu studi terapan berdasarkan
hasil-hasil yang dicapai oleh ilmu-ilmu sosial dan ilmu perilaku (psikologi pendidikan).
Ilmu pendidikan diharapkan akan dapat menjadi landasan yang kuat serta dapat
diterapkan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan itu sendiri.
Pentingnya landasan filsafat ilmu
kajian untuk dapat memberikan kontribusi dan solusi di bidang pendidik
dan tenaga kependidikan dalam menjawab tantangan zaman. Filsafat ilmu di bidang
pendidikan merupakan suatu kebutuhan untuk menyikapi setiap adanya perubahan
dan perkembangan di dunia pendidikan. Sehingga guru dan tenaga kependidikan
kedepannya akan mampu memberikan peranannya dan juga dapat memberikan pelayanan
yang prima di bidang pendidikan baik kepada peserta didik maupun kepada
masyarakat pemerhati pendidikan.
B.Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat
dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah dasar implikasi filsafat
pancasila bagi pendidikan nasional?
2.
Apakah tujuan implikasi filsafat
pancasila bagi pendidikan nasional?
3.
Apakah tujuan pendidikan nasional secara
metafisis dan aksiologis?
4.
Apa kurikulum implikasi filsafat
pancasila bagi pendidikan nasional?
5.
Apa saja materi pendidikan dalam
implikasi filsafat pancasila?
6.
Apa saja metode yang digunakan dalam
mendidik anak?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dikemukakan, tujuan pembuatan makalah ini adalah:
1.
Mengetahui dasar implikasi filsafat
pancasila bagi pendidikan nasional.
2.
Mengetahui tujuan implikasi filsafat
pancasila bagi pendidikan nasional.
3.
Mengetahui tujuan pendidikan nasional
secara metafisis dan aksiologis.
4.
Dapat menerapkan kurikulum implikasi
filsafat pancasila.
5.
Dapat memberikan materi pendidikan dalam
implikasi filsafat pancasila.
6.
Menggunakan metode sesuai dengan
implikasi filsafat pancasila.
C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada guru dan
siswa sebagai bahan pengayaan dalam pembelajaran implikasi filsafat pancasila.
2.
Memberikan wawasan tentang implikasi
filsafat pancasila bagi pendidikan nasional.
3.
Menjadikan guru lebih mengerti tentang
implikasi filsafat pancasila.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Implikasi Filsafat Pancasila Bagi Pendidikan Nasional
1. Dasar dan Tujuan Pendidikan
Pendidikan secara langsung berkaitan dengan nilai.
Berdasarkan nilai tersebut, pendidikan dapat menentukan tujuan, motivasi,
kurikulum, metode belajar, dan sebagainya. Pendidikan terlebih dahulu harus
menentukan nilai mana yang akan dianut sebelum menentukan kegiatan. Hal ini
berarti bahwa nilai terletak dalam tujuan. Pembahasan nilai-nilai pendidikan
terletak dalam rumusan dan uraian tentang tujuan pemdidikan. Didalam tujuan
pendidikan itulah tersimpul semua nilai pendidikan yang hendaknya diwujudkan
didalam pribadi anak didik.
Tujuan pendidikan dari suatu masyarakat merupakan
perwujudan dari cita-cita ideal suatu masyarakat tersebut. Cita-cita ideal itu
berisikan nilai ideal, yang menjadi pandangan hidup, filsafat hidup masyarakat
tersebut. Nilai-nilai ideal tersebut akan dimafestasikan dalam perilaku
kehidupan suatu warga dari masyarakat. Perilaku setiap orang dari suatu
masyarakat merupakan gambaran atau cerminan dari nilai-nilai ideal yang telah
menyatu dalam diri pribadi seseorang sebagai suatu hasil pendidikan. Begitu
juga tujuan pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan perwujudan cita-cita
ideal bangsa Indonesia. Cita-cita ideal bangsa Indonesia tidak lain adalah
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara dan
merupakan nilai dasar bagi kehidupan
bernegara dan berbangsa bagi seluruh bangsa Indonesia.Pancasila harus menjadi
dasar bagi pelaksanaan pendidikan secara nasional diIndonesia.
Proses pendidikan tidak mungkin
berlangsung tanpa arah dan tujuan yang hendak dicapai sebagai garis kebijakannya,
sebagai program dan sebagai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dalam isinya
maupun dalam rumusanya tidak mungkin ditetapkan tanpa mengerti dan mengetahui
yang tepat tentang nilai-nilai. Tujuan pendidikan nasional didasarkan pada
kajian metafisik, epistemologis, dan aksiologis Pancasila. Begitu juga
aksiologi sebagai cabanag filsafat yang membahas nilai baik dan nilai benar,
indah dan tidak indah (jelek), erat terkaitan dengan pendidikan, karena dunia
nilai akan selalu dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar pertimbangan
menentukan tujuan pendidikan.
Secara metafisis dan aksiologis tujuan
pendidikan nasional harus menghasilkan manusia Indonesia yang:
a. Beriman
dan bertakwa kepada Tuhan YME
b. Manusia
berkeprimanusiaan yang adil dan beradab, yang ditunjukan dalam perilaku manusia
yang tidak hanya mengtamakan dan
mementingkan kehidupan jasmaniah dan lahiriah saja, tetapi juga mementingkan
kehidupan rohaniah batiniah. Brgitu juga yang diutamankan hanya kepentingan
diri sendiri secara pribadi, tetapi juga kepentingan masyarakat, kepentingan
hidup bersama.
c. Berkemampuan
untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,
d. Demokratis,
hidup bermasyarakat dengan pengakuan terhadap eksistensi manusia, berarti harus
menyadari bahwa ia tidak bisa berbuat semaunya. Manusia hidup dibatasi oleh
berbagai faktor yaitu diri sendiri , orang lain, alam sekitar dan Tuhan.
e. Berkeadilan
sosial yang adil, seimbang antara hak dan kewajiban, suatu keadilan yang
menyangkut dengan hubunganya dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, alam
sekitar serta Tuhan.
Secara etimologis
pendidikan nasional bertujuan :
a. Menghasilkan
manusia berpengetahuan, mampu mengolahnya, dan mengembangkanya.
b. Menghasilkan
manusia yang mampu mencari pengetahuan dan kebenaran melalui berbagai sumber,
yaitu: Pengetahuan wahyu, intuitif, rasional dan empiris.
c. Menghasilkan
manusia berpengalaman dan berpengetahuan secara heirarkis mencakup: dunia
realitas, ilmiah, nilai, dan dunia religius.
d. Menghasilkan
manusia yang terampil dalam menghadapi
dunia realitas, sehingga mencapai kehidupan yang seimbang anatara kehidupa
jasmani dan rohani, dunia nyata dan dunia rohaniah, kehidupan dunia dan
akhirat.
2. Kurikulum
Tujuan pendidikan yang akan dicapai harus tergambar
dalam program yang tertuang dalam kurikulum, dan program tesebut mencerminkan
arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pendidikan. Segala hal yang
harus diketahui , diresapi, diresapi, dihayati, harus ditetapkan dalam
kurikulum. Segala yang diajarkan
pendidik kepada peserta didik harus dijabarkan dalam kurikulum. Dalam kurikulum
tidak hanya dijabarkan serangkaian ilmu pengetahuan yang harus dijabarkan oleh
guru kepada siswanya, dan anak didik mempelajarinya , akan juga segala kegiatan
yang bersifat pendadogis (mendidik). Misalnya olahraga, kepramukaan, widya wisata,
seni budaya, mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam proses pendidikan,
sehingga perlu diintegrasikan dalam kurikulum. Pendidikan akan mencakup
pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai. Isi atau materi pendidikan adalah
tindakan yang akan membawa anak didik mengalami dan menghayati nilai-nilai
kemanusiaan, menghargai dan meyakini
sehingga anak didik menbangun nilai-nilai tersebut dalam kepribadianya.
Pendidikan merupakan upaya membantu dan membimbing anak didik dalam
mengembangkan dan memperkuat hati nuraninya, sehingga bagaimanapun pendidikan
merupakan peristiwa normatif.
Kurikulum menunjukan segala sesuatu (mata pelajaran)
yang dipelajari, dan semua pengalaman yang harus diperoleh anak didik, serta
semua kegiatan yang harus dilakukan anak didik dimanapun oleh guru. Jadi
kurikuum bukan sekedarserangkaian ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada anak
didik dalam kelas, melainkan menyangkut semua hal yang mempengaruhi proses
pendidikan. Penentuan kurikulum dalam pendidikan filosofis tidak hanya didasarkan kajian metafisis, dan aksiologi
tapi juga dengan epistemologi. Epistemologi memberikan sumbangannya bagi
pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan,
diajarkan di sekolah, dan bagiamana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut,
begitu juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut. Epistemologi
memberikan kebenaran kepada anak didiknya. Jadi secara filosofis kurikulum
termasuk di dalamnya materi (pengetahuan) dan metode pendidikan.
a.
Materi Pendidikan
Dalam kaitan dengan pengetahuan apa saja
yang harus diajarkan dan harus dielajari, dalam proses pendidikan dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan, Herman H. Home (Arifin, 1993), mengemukakan tiga
hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1)
The ability and needs of children, yaitu
kemampuan yang diperoleh dari belajar dan kebutuhan yang dihadapi peserta didik.
2)
The legitimate demands of society, yaitu
tuntunan dan harapan yang sah masyarakat.
3)
The kind of universe in which we live,
yaitu keadaan alam semester dimana kita hidup.
Jadi, dalam menentukan materi
pendidikan, harus memperhatikan kemampuan
dan kebutuhan anak didik, kebutuhan masyarakat, dan alam semesta sebagai
lingkungan yang sangat luas dalam kehidupan manusia.
Materi pendidikan pada dasarnya disusun
untuk mencapai tujuan pendidikan, seperti telah dikemukakan diatas, secara metafisik,
aksiologis, epistemologi pendidikan nasional menghasilkan manusia yang:
1)
Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2)
Manusia berkeprimanusiaan yang adil dan
beradab, yang ditunjukan dalam perilaku manusia yang tidak hanya mengtamakan dan mementingkan kehidupan
jasmaniah dan lahiriah saja, tetapi juga mementingkan kehidupan rohaniah
batiniah. Brgitu juga yang diutamankan hanya kepentingan diri sendiri secara
pribadi, tetapi juga kepentingan masyarakat, kepentingan hidup bersama.
3)
Berkemampuan untuk mempertahankan
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
4) Demokratis,
hidup bermasyarakat dengan pengakuan terhadap eksistensi manusia, berarti harus
menyadari bahwa ia tidak bisa berbat semaunya. Manusia hidup dibatasi oleh
berbagai faktor yaitu diri sendiri , orang lain, alam sekitar dan Tuhan.
5) Berkeadilan
sosial yang adil, seimbang antara hak dan kewajiban, suatu keadilan yang
menyangkut dengan hubunganya dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, alam
sekitar serta Tuhan.
Berdasarkan uraian diatas materi pendidikan
nasional harus mencakup:
1)
Pengetahuan yang diperoleh dan bersumberkan
pada wahyu, seperti pendidikan dan pengajaran agama islam misalnya.
2)
Pengetahuan yang diperoleh dan bersumber
pada intuisi, seperti ilmu humaniora misalnya Pancasila merupakan hasil
pemikiran intuitif. Itu semua tidak hanya menggunakan keterampilan, namun
justru bagaimana kemampuan intuitif, daya cipta, kreasi anak dididk
dikembangkan.
3)
Pengetahuann rasional, untuk
menumbuhkembangkan daya nalar anak didik
secara rasional, seperti filsafat, logika dan matematika.
4)
Pengetahuan empirik, berupa pengetahuan
yang bersumber pada pengalaman, hasil ilmiah, yang berkaitan dengan realita
alam ini, seperti ilmu pengetahuan alam
meliputi fisika dan juga lain sebagainya.
5)
Pengetahuan yang berkaitan dengan
kemampuan ketrampilan hidup (life skills), bukan hanya sekedar untuk mendaptkan
pencaharian hidup namun juga bagaimana ana didik menyesuaikan diri dalam segala
aspek kehidupan yang dihadapinya.
b.
Metode
Secara umum metode adalah sebagai cara untuk
melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pendidikan khusunya
dalam proses pembelajaran, merupakan suatu cara pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Penggunaan metode tergantung pada beberapa
faktor. Faktor tersebut bisa berupa situasi dan kondisi lingkungan, orang yang
menggunakan metode ini sendiri kurang
memahamipenggunaanya, atau tidak sesuai dengan seleranya, siapa yang menjadi
sasaran dalam penggunaan metode tersebut, misalnya dalam pembelajaran yang
menjadi sasaran adalah anak didik.
Pemilihan metode secara filosofis harus didasarkan pada kajian
metafisik, epistemologi dan aksiologis.
Secara metafisis metode berkaitan dengan realita, yang menyangkut Tuhan
dan Ketuhanan, hakikat manusia khususnya anak, hakikat alam semesta (kosmologi)
yang bersifat fisik maupun nonfisik. Metode yang digunakan tidak boleh
bertentangan dengan nila-nilai kemanusiaan, memaksaan kepada anak untuk
melaksanakan suatu perbuatan.
Secara epistemologi
metode harusdidasarkan pada jenis pengetahuan yang diberikan dalam proses
pendidikan. Seperti telah dijelaskan,
terdapat beberapa jenis pengetahuan dan kebenaran berupa: pengetahuan dan
kebenaran wahyu, pengetahuan dan kebenaran rasional, serta pengetahuan dan
kebenaran empiris. Epistemologi tidak hanya menjelaskan sumber pengetahuan dan
kebenaran tetapi juga dengan cara bagaimana pengetahuan dan kebenaran itu
diperoleh, dan bagaimana cara menyebarkan sehingga pengetahuan dan kebenaranya
menjadi milik manusia secara menyeluruh, bukan hanya milik perorangan.
Dalam menyampaikan
materi berkaitan dengan pengetahuan dan kebenaran wahyu tentu tidak dengan
menggunakan pendekatan empitik, karena ajaran Tuhan tidak bersifat empirik yang
dihasilkan berdasarkan pengalaman manusia. Jadi disamping menanamkan
penghayatan terhadap ajaran dan kebenaran agama , perlu pembiasaan tehadap anak
didik untuk mengimplementasikanya dalam kehidupan nyata. Dalam
mengimplesentasikan pengetahuan dan kebenaran wahyu dapat digunakan berbagai
metode, harus sesuai dengan perkembangan fisik maupun psikologis anak.
Pengetahuan dan kebenaran intuitif merupakan hasil olah rasa, cipta, dan karsa
manusia, namun tidak semua manusia dapat melakukanya.
Pengetahuan dan
kebenaran intuitif sangat pribadi,
diperoleh oleh manusia dengan renungan batin yang sangat mendalam, dengan
renungan metafisik, melampaui duinia fisik. Pancasila model Bung Karno
merupakan hasil renungan intuitif, yang kemudian diadobsi dan dimodifikasi oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan indonesia (PPKI) menjadi dasar untuk berbangsa
dan bernegara bagi bangsa Indonesia yang dicantumkan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila model Bung Karno dijadikan inspirasi oleh
para anggota PPKI untuk menentukan dasar negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia
mernerima Pancasila bukan karena hasil pengujian empirik, tapi bangsa Indonesia
menghayati sebagai suatu pandangan hidup yang baik dan menyatukan bangsa
Indonesia yang beragam kehidupanya
Dalam mengimplementasikan
pengetahuan dan kebenaran Pancasila dalam kehidupan di Indonesia, berbagai cara
bisa dilakukan seperti penghayatan, diskusi, simulasi dan
sebagainya.Selanjutnya pengetahuan dan kebenaran rasional adalah hasil olah
pikir manusia dengan menggunakan akalnya. Akal merupakan alat untuk mendapatkan
pengetahuan dan kebenaran. Cara berpikir rasional bisa berawal dari kajian
empirik, yang kemudian dilanjutkan pemikiran rasional. Hasil pemikiran rasional
relatif, bisa terjadi setelah dilakukan pengujian secara empiriktidak terbutik
kebenaranya. Pengetahuan dan kebenaran empirik dihasilkan dengan melakukan
kajian empirik lapangan, melakukan survei, melakukan eksperimen dilaboratorium,
dan sebagainya. Pengertian laboratorium juga diartikan secara sempit hanya
dalam ruangan tertentu dengan peralatan modern yang canggih, suatu
masyarakatpun bisa dijadikan sebagai laboratorium. Misalnya masyarakat Baduy
dijadikan laboratorium dalam studi sejrah dan sosiologi.
Dalam kegiatan sekolah
sehubungan dengan pengetahuan dan kebenaran empirik ini, guru harus memelihara
keinginanan atau motivasi anak didik untuk meneliti. Guru harus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar apa yang ingin ia ketahui dan selalu ingin mengetahui yang berkaitan dengan
pelajaran seperti sains, bahasa, sejarah, dan lain-lainya.
Tugas guru dalam menemukan pengetahuan dan
kebenaran empirik adalah membantu / membimbing anak didik dalam menentukan dan
memilih masalah-masalah yang bermakna, menemukan sumber data yang relevan, menafsirkan
dan menilai akurasi data, serta merumuskan kesimpulan. Guru harus mampu
mengenali anak didik, terutama pada saat apakah ia memerlukan bantuan khusu
dalam suatu kegiatan, sehingga ia dapat melanjutkan kegiatan. Guru dituntut
untuk sabar, fleksibel, berpikir interdisipliner, kreatif, dan cerdas.
Metode yang sebaiknya
digunakan dalam pendidikan adalah metode disiplin, bukan dengan kekuasaan.
Disiplin merupakan kemauan dan minat yang keluar dan tumbuh dari dalam diri
anak didik sendiri. Yang perlu diperhatikan
guru adalah:
1) Guru
tidak boleh memaksakan suatu ide atau tindakan yang sesuai dengan minat dan
kemampuan anak didik
2) Guru
hendaknya menciptakan suatu situasi yang memungkinkan anak didik akan merasakan
adanya suatu maslah yang dihadapi, sehingga muncul minat untuk memecahkan
masalah tersebut.
3) Untuk
membangkitkan minat anak, guru hendaknya mengenal kemampuan serta minat
masing-masing perserta didik.
4) Guru
harus mampu menciptakan situasi yang menimbulkan kerjasama dalam belajar,
antara anak dengan anak, antara anak dengan guru, begiru pula sesama guru.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Landasan
filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan
acuan yang dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu landasan filsafat pendidikan dibentuk bukan hanya mempelajari
tentang filsafat, sejarah dan teori pendidikan, psikologi, sosiologi,
antropologi atau disiplin ilmu lainnya, akan tetapi dengan memadukan
konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatannya kepada kerangka
konseptual kependidikan. Hal ini untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri
yang seimbang, baik dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
2. Landasan
filsafat pendidikan tercermin didalam semua keputusan serta perbuatan
pelaksanaan tugas- tugas keguruan, baik instruksional maupun non-instruksional,
atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud
bersifat pendidikan.
3. Sebagai pekerja
professional guru dan tenaga kependidikan memperoleh persiapan pra-jabatan
guru dan tenaga kependidikan harus dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis
yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari konsep yang lebih tepat daripada
landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.
B.
Saran
Perlu kajian yang mendalam untuk membuktikan adanya pengaruh filsafat
ilmu dalam upaya pengembangan dan peningkatan program pendididikan, baik untuk
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan khususnya di Indonesia.
Daftar Pustaka
Sadulloh, Uyoh. 2010. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentarlah yang baik dan benar